Oleh : Derlianun Barthesian Latoharu
Namanya alibi, dia seoarang anak yang merantau dari kampungnya Tinanggea, seorang anak pembuat sagu. Ia baru saja menyelesaikan study nya di sekolah menengah atas (SMA) hingga ia pun meninggalkan kampungnya Tinanggea untuk menyambung studynya ke perguruan tinggi. Alibi seorang anak yang santun, pintar, ingatannya cukup kuat.
Merantau di ibu Kota Provinsi diusia 17 tahun, ia nekat dengan bermodalkan 7 lembar baju dan 5 lembar celana. Dengan tas dibelakang, didalam tas itu terisi baju dan celana, dan sebuah kamus berbahasa Inggris, maklumlah ia penikmat pelajaran berbahasa inggris saat sekolah. Rambut ikal, tinggi badan 165 cm dengan menggunakan sandal jepit Alibi melangahkan kaki dengan cepat.
Di waktu subuh tepatnya jam 05 pagi ia sudah menunggu mobil pengangkut sayur menuju pasar di Ibu Kota Provnsi. Dengan sedikit bersedih melihat burung nuri piaraan Alibi, yang sebentar lagi ia akan tinggalkan, Alibi akhirnya menghampiri si Nuri yang sedang berkicau itu. Dalam hati ia berbicara “ Sang jaga dirimu bai-baik, karena ini adalah hari terakhir saya lihat ko, ko rajin-rajin mi dulu puasa” Alibi berbicara seolah olah burung tersebut mengerti maksud Alibi.
Nama burung itu sanggula ia menamakan burung itu sebagai rasa sayang nya terhadap burung piaraannya itu. Sanggula nama burung itu didapat di aera pembuatan sagu sejak Alibi duduk di bangku SMA Kelas 2 tepatnya setahun yang lalu, burung itu dalam kondisi terjepit disebuah ranting sagu. Yang pada saat itu Alibi bersama Ayahnya pergi menebang pohon sagu di belakang rumahnya.
Perlahan Alibi mentap daun pintu rumahnya yang terbuat dari empat helai papan yang sebentar lagi dimakan rayap. Seketika Alibi mulai melangkahkan kaki nya menuju jalan dimana ia akan menunggu mobil angkutan pengantar sayur di Ibu Kota Provinsi tepatnya di Kota Kendari. Dengan langkah kecil penuh semangat, mata Alibi mulai basah, perlahan kaki nya pun melangkah dengan cepat.
Alibi tiba di tempat menunggu Mobil, dan tiba-tiba keberuntungan yang dijumpainya, ia tiba-tiba saja menahan sebuah mobil yang akan berangkat ke Kota Kendari. Namun bukan lah mobil pengangkut sayur yang dijumpainya, melainkan sebuah mobil pelat merah yang akan menuju ke Kota Kendari. Mobil salah seorang pejabat wakil rakyat di Ibu Kota Kabupaten tempatnya ia tinggal, dan kebetulan pemilik mobil waktu mencalonkan sebagai Anggota dewan, Alibi termasuk Tim Sukses anggota dewan tersebut.
“ Kemana bi?”
“ Ke kendari Om”
“ Kita sama-sama mi saja, kebetulan saya mau ke Kendari” Ajak si pemilik Mobil
“ Bisa kah om?”
“ Mari mi kebetulan masih kosong ji di belakang”
Dalam perjalanan, sambil melihat pemandangan sepanjang perjalanan, ia bercakap-cakap dengan pemilik mobil. Keberanian Alibi tak dimiliki anak-anak dimasanya, Sebab Alibi pergi meninggalkan Ayahnya dan 6 orang adiknya tanpa sepeserpun uang yang ia bawa.
Sementara Ibu nya telah lama meninggalkannya karena percekcokan dengan ayahnya, dalam hal ini ayah dan ibunya sudah 2 tahun cerai, lantaran tak puas dengan pendapatan sang ayah dari penjualan sagu. Sementara sang istri hanya menjadi ibu rumah tangga, untuk menghidupi kehidupan sehari-hari tidak cukup lah dengan 7 orang anak.
Namun Alibi seorang anak yang punya tekad dan impian besar, dan ia pun berhasil menamatkan sekolahnya dengan biaya nya sendiri dengan bekerja sebagai pemetik coklat di kebun pak Bardin tempat ia bekerja.
“ Bi kamu rencananya mau melanjutkan sekolah di Kendari ?“
“ Ia Om”
“ Hmmm…yah pintar-pintarlah mencari jalan bagaiman kamu bisa survife disana”
“ Ia Om”
“ Terus kamu rencananya sudah punya tempat tinggal atau bekerja dimana?”
“ Hmmm belum ada om”
“ Haaa kamu hanya pergi dengan modal nekat BI?”
“ Yah begitulah Om”
“ Hmmm kebetulan Bi saya buka usaha warung Kopi, sapa tau kamu bisa jadi pelayan di warkop ku Bi”
“ Wah bagus itu Om saya mau Om, saya bisa cuci piring dan melayani tamu Om”
“ Ok Kalau begitu saya bisa antar kamu kesana saja, dari situ nanti kamu piker-pikir mau lanjut dimana, biaya kuliah mu nanti sya yang tangkis, asal kamu sabar saja Bi”
“ Terimakasih Om”
Setibanya di Kendari tempat yang di tuju Alibi, yaitu Warung Kopi Aca-aca, tempat ia bertahan hidup, akhirnya Alibi turun dan masuk ke dalam Warung Kopi tersebut.
“ Unde ini pelayan baru kita namanya Alibi, tolong ko kasi dia kamar dibelakang yang masih kosong nah”
“ Ia pak”
“ Bi Ini Unde komorang baku kenal mi dulu nanti saya kesini kembali soalnya jam 10 saya ada pertemuan di hotel ko simpan mi dulu tas mu”
“ Alibi nama saya Unde”
“Saya Alibi”
* * *
Hari pertama Alibi bekerja di sebuah Warung Kopi Milik pak Mardan salah seorang anggota Dewan di Kabupaten tempat tinggal Alibi.
“ Bi sa ajar ko disini, nanti kalau ada tamu yang masuk ko kasih saja ini daftar menu, trus kalau ada gelas atau piring yang kotor ko bersihkan tanpa harus saya perintah lagi” Ucapa manajer warung Kopi Unde.
“ Ia, hmm trus yang buat Kopi dan menu nya?” Tanya Alibi
“ Kalau itu nanti Koki yang kerjakan ada mi tukang masaknya tapi dia lagi pulang kampong jadi untuk saat ini biar saya dulu yang jadi Koki nya” Jawab unde
“ Sa lihat banyak sekali gelas dan piring dibelakang, biar mi dulu saya bersihkan Bos” Ucap alibi
“ Jangan mi panggil bos “ Ucap Unde
“ Tidak apa-apa ji karena di sini kamu Bos nya Hehe” Jawab Alibi sambil tersenyum.
Masih dipikir-pikir Kelanjutannya…