Pemerintah SULTRA vs Mangrove dan Jin Afrut

Oleh : Moh. Riqar Yanto Manaba

Umurku tengah masuk pada masa produktif, ototku tengah terbentuk kekar menyaingi otot Ade Rai/I Gusti Agung Rai Kusuma Yudhe, seluruh ragaku tengah semangatnya dalam membantu manusia agar terhindar dari bencana banjir, kelak ketika aku tengah ponula (pohon lanjut usia) dan generasiku telah tumbuh merambahi teluk Kendari aku akan mengemis pada manusia agar datang menebangku, karena apa daya hidupku jika tak bisa lagi membantu manusia. Hidupku hanya akan merampas lahan generasiku saja yang lebih bermanfaat hidupnya bagi kemaslahatan manusia. Tapi Sebelumnya aku ingin menceritakan dulu bagaimana perjalanan hidupku hingga bisa kekar seperti ini.

Masa Kecil

Senior saya pernah bercerita “dahulu ada seorang bapak tua (baca : manusia) berumur 55 tahun, pekerjaannya adalah nelayan pengejar ikan sunu super yang mengais rejeki di sekitaran teluk Kendari. Pada waktu itu dia ketiban rejeki mendapatkan ikan yang lebih dari biasanya”. Kala itu dia memarkir sampannya di tubuh seniorku yang sedang dikelilingi oleh sampah rumah tangga, badannya kaku seakan mengeluh tajam pada bapak tua itu dalam hatinya berkata “kenapa kau tidak mengikat saja tali sampanmu di tubuh temanku yang masih kekar itu”, tapi bapak tua itu cuek saja, setelah mengikat lalu beranjak menuju daratan. Dia dengan cueknya mengikat sampannya lalu mengangkat hasil pancingannya dan kemudian beranjak ke palelangan untuk menjual hasil tangkapannya.

Setelah dua minggu menikmati hasil tangkapannya didarat, si bapak tua lalu kembali turun ke pinggir teluk berniat untuk kembali mengadu nasib di sekitar Teluk Kendari. Eh, tapi ia seketika terkejut ketika hendak menginjakkan kakinya di becekan, ia langsung panik mencari sampannya yang hampa dari pandangannya, perasaan buruknya pun muncul ia mencurigai bahwa “telah datang seseorang yang mencuri sampannya” dia bergegas mengelilingi sekitaran hutan bakau tempat ia markir sampannya.

Tapi 3 jam waktu yang dia habiskan tak ketemu jua. Akhirnya dia kembali ke darat mengambil wudhu untuk mengadu pada tuhannya karena akal sehatnya mengatakan hanya tuhanlah tempat peraduan yang nyaman karena berurusan dengan aparat itu ribet dan menyita waktu serta memakai ongkos pelican kalau mau disungguhi peraduannya.

Setelah menyembah tuhannya dengan gegap gempita bergegas lagi ia melanjutkan pencariannya. Lama mencari dengan perasaan emosi, sedih, dicampur bau badan yang menyelingat, dia berjalan lesuh menuju rumahnya yang berada di atas bukit Kendari Baii. Kejadian itu hanya ia bagi dengan istrinya. Istrinya pun hanya mengatakan “tabahlah menghadapi cobaan ini, toh kita masih punya kesediaan pangan sampai 7 hari kedepan, masih ada waktu 4-5 hari untuk mendapatkan sampan itu, istirahatlah engkau besok saja mencarinya lagi”.

2 hari lagi persediaan pangan akan segera habis, bapak tua itu ditemani secangkir kopi dan rokok gulser duduk di berandanya memandang teluk yang seperti biasa melakukan aktifitas pasang surut. Dia kemudian mencoba mengingat-ingat kejadian 3 hari lalu, sekilas ia mendapatkan gambaran kalau bakau tempat dia menggantungkan tali sampannya itu adalah mangrove uzur yang lapuk batangnya.

Tanpa memberitau siapapun bapak tua langsung saja membuat surat wasiat pada keluarganya, yang bunyinya demikian : “jangan tangisi kepergianku, sesungguhnya saya hanya akan tenang di akhirat ketika engkau menjual emas yang kita beli dari hasil tangkapan kemarin dan carilah bibit mangrove sebanyak 100 buah, tanamlah bibit mangrove itu di sekitar Teluk Kendari dengan tangan dan keringat kamu sendiri”. Setelah menulis wasiat itu, bapak tua menyimpannya di beranda, menindisnya selembar kertas itu dengan krikil 2 biji dan segera berlari ditengah hutan untuk menghentikan nafasnya. Itulah saya salah satu dari 100 bayi bakau tersebut.

Remaja-Dewasa

Untuk mendapatkan body ideal seperti ini bakau juga membutuhkan latihan yang disiplin, mau tau duka cita proses pendewasaan dan latihan bakau seperti apa? Pada musim tertentu setahun sekali saya harus bergelut menahan air pasang yang ingin naik ke daratan, belum kemudian angin laut yang menghempas ke by pass itu menghinggapi saya dulu sebelum kedarat, bukan itu saja saya dulu juga sering di gelitik ikan bontiti, kepiting, dan kalandue tapi itu dulu sekarang bakau di zaman modern ini tidak gehol ketika dia tidak berteman dengan sampah rumah tangga, softeks bekas, atau baliho bekas calon kepala daerah.

Aktivitas saya pada malam hari penuh dengan dunia hitam. Pasti anda mungkin keheranan emang mangrove bisa menggeluti dunia hitam? saya pada malam hari sering melihat 2 pasang manusia bermesraan dipinggir teluk terkadang mereka ketika suasana sunyi saling colek mencolek tubuh sensitive dari pasangannya, malah saya pernah melihat mobil yang diparkir di pinggir by pas lalu didalam mobil itu terdapat 2 pasang manusia yang saya seolah tidak tau mereka berbuat apa hingga mobilnya tergoyang bak papalimbang yang mengarungi ombak. Semua aktivitas manusia itu sangat menggoda imanku tapi apa daya saya kan tak punya kaki, dengan terpaksa nikmati sajalah ulah manusia itu, ini juga kesempatan saya memberitahu itulah sebabnya kenapa mangrove di Kota Kendari tumbuh subur.

Keluh-Harap

Mereka tidak dapat melampaui batas ketetapan itu, dan ALLAH SWT. Menuntun dan menunjukkan mereka arah yang seharusnya mereka tuju.
Surat Al-A’la (Sabihisma)

Telah dibebankan dipudakku amanah dari tuhan untuk membantu manusia agar terhindar dari bencana. Mau tidak mau ketika tuhan berkehendak maka sebagai hambanya saya dengan menegakkan dada tentunya menerima hal itu. Kau sengaja kucipta selamanya akan jadi pahlawan kata Tuhan.

Pada bulan agustus 2012 seorang demonstran (baca : manusia) yang tid`k lain merupakan anak dari almarhum bapak tua datang membisiku “hidupmu tak akan lama lagi, karena sebentar lagi teluk ini akan dirombak, akan ada mesjid megah ditengah teluk ini. Ketika datang buldoser menghampirimu langsunglah mengucap 2 kalimat syahadat. Jangan bersedih kau akan menjadi sejarah dalam peradaban Kota Kendari menuju Metropolitan”.

Mendengar ucapan itu tubuhku merinding cemas. Mulai malam ini Saya harus tobat, saya tak mau lagi melirik orang ciuman di pinggir by pass.

“Jin afrut atau ‘indo’nya jin masuklah dalam tubuhku, mari kita bersama-sama melawan pemerintah yang hampir tidak menghiraukan ummatnya, kasihan manusia nantinya kalau saya dan kawan-kawan ditebang apalagi mau dianggap sampah dan di cebok agar hilang dari bokong teluk kendari. Siapa lagi yang mau menahan banjir dan angin badai lainnya”.

“ Hey jin dan sekawan datanglah karena hanya kolaborasi kita yang bisa menghentikan semua itu. Kita paham otak pemerintah dan kontraktor itu masih kuno pasti ketika mereka nanti menebangku dan kau teriak serta mengeluarkan darah pasti mereka langsung terbirit-birit untuk menghentikan penebangan. Pun kalau mereka memaksakan biarlah teluk ini berlumur darah dan getah agar kita menjadi tranding topic di twitter dan facebook serta dilirik oleh media nasional yang jarang memberitakan kota ini”.
_________________________________________________________________
* Penulis merupakan pengurus Kendari Kreatif

Related posts